Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

E-Learning dan Teori Belajar Konstruktivisme

  • Kamis, 13 Januari 2011
  • Debi Fadilah
  •           Istilah e-learning mengandung pengertian yang sangat luas, salah satu definisi yang cukup dapat diterima banyak pihak misalnya dari Darin E. Hartley (2001) yang menyatakan bahwa e-Learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain.

              Menurut Clark & Mayer (2008) definisi e-learning memiliki beberapa elemen, antara lain:
    1. E-learning memasukkan baik konten, yaitu informasi, dan metode instruksional, yaitu teknik, yang membantu orang mempelajari konten belajar.
    2. E-learning didistribusikan melalui komputer dalam bentuk kalimat dan gambar. Pendistribusiannya dapat dalam bentuk asynchronous yang didesain untuk belajar secara individu dan dalam synchronous yang didesain dengan bimbingan dari instruktur secara langsung.
    3. E-learning ditujukan untuk membantu pelajar mencapai tujuan belajarnya atau melakukan pekerjaannya. 
              Dari definisi yang muncul dapat kita simpulkan bahwa e-learning merupakan sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar. Konsep e-learning adalah system yang berfungsi sebagai mediator dan katalisator dalam belajar, sama halnya dengan fungsi guru dalam sekolah konvensional.
              E-learning berdasarkan uraian di atas memandang proses belajar adalah sebagai suatu proses yang aktif. Dengan demikian hal ini sangat sejalan dengan teori belajar konstruktivisme. Teori konstruktivisme adalah teori yang berpendapat bahwa pembelajaran terjadi melalui suatu proses membangun pengetahuan dari diri siswa, yang umumnya dipengaruhi oleh pengajar, materi ajar dan siswa itu sendiri. Menurut teori ini belajar merupakan proses aktif siswa dalam mengkonstruksi arti, wacana, dialaog, pengalaman fisik, dan lain-lain. Dalam konsep konstruktivisme semua pengetahuan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi kita sendiri.

              Teori konstruktivisme dikembangkan oleh beberapa tokoh antara lain; Jean Piaget, John Dewey, dan Von Graselfeld. Pandangan penganut konstruktivisme mengenai belajar meliputi serangkaian teori yang membagi perespektif umum bahwa pengetahuan dikonstruksi oleh pembelajar bukan ditransfer ke pembelajar. Kebanyakan dari teori seperti ini berakar dari filsafat Jhon Dewey.

              Penganut aliran konstruktivisme menganggap bahwa siswa membangun pengetahuannya dari pengalaman belajarnya sendiri, belajar dilihat sebagai suatu proses yang aktif. E-learning dengan konsep belajar aktifnya dapat menjadi salah satu contoh pola pembelajaran konstruktivisme, dengan cara pemanfaatan berbagai media dan sumber pembelajaran dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain. Dari sini siswa atau masyarakat umum dapat menggunakan fasilitas-fasilitas tersebut untuk memperoleh segala jenis informasi di dalamnya.

              Pusat Teknologi Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan, yang sekarang ini dikenal dengan sebutan PUSTEKKOM sebagai salah satu pusat yang berada langsung di bawah Sekretariat Jenderal Departemen Pendidikan Nasional juga memiliki beberapa program dalam upaya mengembangkan konsep belajar e-learning, yang dapat dimanfaatkan oleh semua kalangan, salah satu programnya diberi nama Curriki.
    Curriki adalah sebuah lingkungan online yang dibuat untuk mendukung perkembangan dan pendistribusian bebas dari materi pendidikan kelas dunia kepada siapa saja yang memerlukan. Nama ini adalah permainan kombinasi dari 'curriculum' dan 'wiki' sebagai sebuah teknologi yang dipakai untuk membuat pendidikan dapat diakses secara universal.

              Curriki merupakan salah satu implementasi dari konsep belajar e-learning, yang memenuhi kaidah dimana e-learning menciptakan solusi belajar formal dan informal. Dengan fasilitas Curriki ini setiap orang baik siswa maupun guru dapat mengakses materi pendidikan kelas dunia, karena e-learning menyediakan akses ke berbagai macam sumber pembelajaran dan hal ini dapat dilakukan siswa secara informal. Dengan system ini pula siswa juga dapat belajar secara aktif dan dapat berinteraksi dengan materi secara langsung, siswa dapat mengkonstruksi atau membangun pengetahuan dari hasil pengalamannya sendiri atau belajar mandiri.

    Daftar Referensi :
    Darin E.Hartley, Selling E-Learning, American Society for Training and Development. 2001
    Clark R.C, & Mayer R.E,, e-Learning and the Science of Instruction. Proven Guidelines for Consumers and Designers of Multimedia Learning: 2008

    0 komentar:

    Posting Komentar